Gunung Samalas Letusan Raksasa Abad ke-13

Gunung Samalas Letusan Raksasa Abad ke-13

Gunung Samalas adalah gunung berapi besar yang dahulu berdiri megah di kompleks vulkanik Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gunung ini kini sudah tidak ada lagi karena mengalami letusan dahsyat pada tahun 1257 M, sebuah erupsi yang menumbangkan puncaknya dan membentuk kaldera Segara Anak yang kita kenal sekarang. Para ahli menilai letusan Samalas sebagai salah satu letusan terbesar dalam 7.000 tahun terakhir, bahkan lebih besar dari Tambora (1815). Dampaknya tidak hanya terasa di Lombok, tetapi juga menjalar ke seluruh dunia, memicu anomali iklim global, gagal panen, dan krisis pangan di berbagai belahan bumi.Samalas berada pada jalur busur vulkanik Sunda–Banda, di mana Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Eurasia. Sebelum letusan, Samalas berdiri sebagai stratovolkano raksasa di sisi barat Gunung Rinjani. Namun, pada saat letusan besar terjadi, puncaknya runtuh dan menghasilkan kaldera raksasa berukuran 6 × 8,5 km dengan kedalaman dinding mencapai 800 meter. Kaldera ini kemudian terisi air dan membentuk Danau Segara Anak, sementara aktivitas vulkanik baru melahirkan kerucut Gunung Barujari di tengah kaldera yang masih aktif hingga kini.

Beginilah Letusan Dahsyat Gunung Samalas Tahun 1257 Yang Mampu Mengguncang  Dunia - YouTube

http://www.albergolevoilier.com

Kronologi Letusan 1257
Letusan Samalas tahun 1257 terdiri dari empat fase utama
Fase 1 (Ultraplinian). Kolom erupsi diperkirakan menjulang hingga 43 km ke atmosfer, dengan laju erupsi material luar biasa besar. Fase ini memuntahkan abu vulkanik dan pumis yang menyelimuti wilayah luas.
Fase 2 (Freatoplinian). Terjadi interaksi antara magma dan air, menghasilkan abu sangat halus yang tersebar jauh. Sayangnya, endapan fase ini jarang terawetkan sehingga sulit dihitung volumenya.
Fase 3 (Plinian). Kolom erupsi sekitar 23–24 km. Material berupa pumis besar menghujani Lombok dan sekitarnya, dengan estimasi massa mencapai 5 × 10^12 kg.
Fase 4 (Kalderisasi). Runtuhnya atap dapur magma membentuk kaldera. Pada fase ini, terjadi aliran piroklastik (PDC) raksasa yang melaju hingga 25 km dari kawah, dengan ketebalan endapan mencapai 35 meter di beberapa lokasi.
Para ahli menempatkan erupsi Samalas pada VEI 7 (Volcanic Explosivity Index), sejajar dengan erupsi super-colossal. Volume magma yang dikeluarkan mencapai 40 km³ Dense Rock Equivalent (DRE), dengan sebaran abu mencapai puluhan ribu kilometer persegi.
Letusan ini melepaskan 158 teragram (Tg) sulfur dioksida (SO₂) ke atmosfer, yang membentuk aerosol sulfat dan menyebar ke seluruh dunia. Selain itu, diperkirakan ada pelepasan halogen (klor dan brom) yang berpotensi memicu penipisan ozon.
Catatan kuno dalam Babad Lombok menggambarkan kehancuran kota Pamatan, ibu kota kerajaan saat itu, yang tertimbun abu tebal dan dilanda aliran piroklastik. Banyak desa musnah, dan korban jiwa tak terhitung. Jejak-jejak arkeologi memperlihatkan bekas permukiman yang tertimbun abu mirip peristiwa Pompeii di Italia. Hingga kini, daerah sekitar kaldera masih menunjukkan bekas kehancuran besar tersebut
Letusan Samalas memberikan dampak dramatis di belahan bumi utara. Inti es dari Greenland dan Antarktika menunjukkan lonjakan sulfat besar pada tahun 1258/1259, tepat setelah letusan. Catatan sejarah di Eropa menuliskan adanya musim panas yang dingin dan basah, gagal panen, serta kelaparan yang meluas. Di Inggris, kronik mencatat penguburan massal akibat wabah kelaparan pada tahun itu.
Pendinginan global yang dipicu oleh aerosol sulfat dari Samalas mengubah pola iklim dunia. Hasil penelitian modern memperkirakan penurunan suhu rata-rata bumi hingga 1–2°C, cukup untuk memicu bencana pangan di banyak wilayah.
Kaldera Samalas kini menjadi Danau Segara Anak yang indah, dengan luas sekitar 11 km² di ketinggian 2.000 mdpl. Di tengah danau muncul Gunung Barujari, kerucut pasca-kaldera yang masih aktif. Barujari telah beberapa kali meletus, misalnya pada 2009, 2010, dan 2016, memuntahkan lava dan abu ke atmosfer. Walau skalanya jauh lebih kecil, aktivitas Barujari menunjukkan bahwa sistem magma di bawah kaldera Samalas masih hidup.
Mengungkap misteri sejarah. Sebelum ditemukan, para ilmuwan selama puluhan tahun mencari sumber letusan besar abad ke-13 yang jejaknya terlihat di inti es dunia. Penelitian di Lombok pada awal 2000-an akhirnya menegaskan Samalas sebagai sumbernya.
Laboratorium alam. Kaldera Segara Anak menjadi lokasi penelitian geologi, vulkanologi, dan geokimia yang sangat penting. Endapan letusan 1257 memberi data untuk memahami proses kalderisasi.
Pelajaran mitigasi bencana. Peristiwa Samalas menunjukkan betapa dahsyatnya potensi letusan gunung berapi di Indonesia. Sebagai negara dengan deretan gunung api aktif terbanyak di dunia, Indonesia harus waspada terhadap bahaya serupa di masa depan.
Fakta Menarik tentang Samalas
Letusan Samalas diperkirakan lebih besar dari Tambora (1815) dalam hal volume abu yang menyebar ke atmosfer.
Abu Samalas ditemukan hingga ke inti es di Arktik dan Antarktika, ribuan kilometer dari Lombok.
Catatan sejarah menyebut erupsi ini menyebabkan musim dingin ekstrem di Eropa, gagal panen, dan kelaparan yang menewaskan ratusan ribu orang.
Kaldera Segara Anak dan Gunung Barujari kini menjadi destinasi wisata dan spiritual bagi masyarakat Lombok.
Bagi ilmuwan, Samalas menjadi kunci memahami hubungan letusan gunung berapi dan perubahan iklim global.

    Letusan Samalas di Lombok taklukkan Tambora dan Krakatau

    Letusan Gunung Samalas pada tahun 1257 adalah salah satu bencana vulkanik terbesar dalam sejarah umat manusia. Selain menghancurkan kerajaan lokal di Lombok, letusan ini mengubah iklim global, memicu krisis pangan, dan meninggalkan jejak yang terabadikan dalam inti es, catatan sejarah, serta memori budaya. Hingga kini, Samalas tetap menjadi simbol bahwa kekuatan alam mampu mengubah jalannya peradaban

    baca juga : Fashion Orang Korea Modern Tradisional Hanbok
    baca juga : Jejak Letusan Legendaris gn anak krakatau
    baca juga : Napoleon Pertempuran 3 Kaisar Austerlitz