Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia. Secara administratif, gunung ini mencakup wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.
Letusan Tambora pada tahun 1815 dianggap sebagai letusan gunung berapi paling dahsyat yang pernah tercatat manusia. Skala letusannya mencapai VEI (Volcanic Explosivity Index) 7, hanya satu tingkat di bawah letusan “supervolcano” (VEI 8).

Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Dengan ketinggian sekitar 2.850 meter di atas permukaan laut (mdpl) saat ini, gunung ini termasuk salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Sebelum letusan besar pada tahun 1815, tinggi Tambora diperkirakan mencapai 4.300 mdpl, menjadikannya salah satu gunung tertinggi di Nusantara pada masanya.
Gunung ini berdiri di atas busur Sunda–Banda, hasil pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Secara administratif, Tambora masuk ke wilayah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.
Koordinat geografis: 8°14′ LS, 118°00′ BT
Tinggi saat ini: ± 2.850 mdpl
Tinggi sebelum letusan 1815: diperkirakan mencapai 4.300 mdpl
Kaldera: diameter ± 7 km, kedalaman ± 1 km
Gunung Tambora terbentuk dari aktivitas zona subduksi, yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Proses ini membentuk rangkaian gunung berapi di Indonesia, termasuk Tambora.
Letusan Tambora pada tahun 1815 dianggap sebagai letusan gunung berapi paling dahsyat yang pernah tercatat manusia. Skala letusannya mencapai VEI (Volcanic Explosivity Index) 7, hanya satu tingkat di bawah letusan “supervolcano” (VEI 8).
5 April 1815: Letusan awal terdengar sejauh Makassar, Batavia (Jakarta), hingga Ternate. Awalnya dikira suara meriam.
10 April 1815: Puncak letusan terjadi sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Ledakan sangat keras terdengar hingga 2.600 km jauhnya.
11 April 1815: Letusan berlanjut dengan hujan abu, aliran piroklastik, dan tsunami lokal yang menghantam pesisir Sumbawa dan sekitarnya.
Desa-desa di sekitar gunung musnah tertimbun.
Kerajaan Tambora, Sanggar, dan Pekat lenyap.
Sekitar 11.000 orang tewas langsung akibat aliran piroklastik dan awan panas.\
Lebih dari 49.000 orang meninggal setelahnya karena kelaparan, penyakit, dan krisis pangan akibat hancurnya lahan pertanian.
Material vulkanik yang dimuntahkan: sekitar 150 km³.
Abu menyebar ke stratosfer, menutupi atmosfer bumi hingga bertahun-tahun.
Tahun 1816 dikenal sebagai “The Year Without a Summer” di Eropa dan Amerika Utara:
Salju turun di bulan Juni di New England (AS).
Gagal panen besar-besaran di Eropa, memicu krisis pangan dan kelaparan global.
Epidemi tifus meluas di Irlandia dan Eropa Timur.
Letusan Tambora menyebabkan turunnya suhu global rata-rata hingga 3°C.
dan Letusan Tambora bukan hanya bencana alam, tapi juga bencana budaya.
Peradaban yang hilang: Kerajaan Tambora, yang sebelumnya merupakan pusat perdagangan dengan bahasa dan budaya sendiri, hilang sama sekali.
Pada awal 2000-an, ekspedisi arkeologi menemukan artefak rumah, keramik, perunggu, dan peralatan sehari-hari yang terkubur abu, mirip dengan Pompeii di Italia.
Jejak ini memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat Nusantara yang hilang akibat bencana besar.
Selain itu, letusan Tambora juga memengaruhi karya sastra dunia. Pada musim panas 1816 di Eropa yang suram akibat abu Tambora, sekelompok penulis berkumpul di Danau Jenewa. Salah satunya adalah Mary Shelley, yang terinspirasi suasana kelam untuk menulis novel klasik Frankenstein.
Setelah letusan besar, Tambora tetap aktif meski dalam skala kecil. Aktivitas letusan tercatat beberapa kali setelah 1815, namun tidak sebesar sebelumnya : Kawah Tambora: Berdiameter ± 7 km dengan kedalaman ± 1 km, menjadikannya salah satu kaldera terbesar di dunia.
Flora dan fauna: Kawasan Tambora kini dilindungi sebagai Taman Nasional Gunung Tambora (TNGT) sejak 2015. Hutan hujan tropis, savana, serta berbagai satwa seperti rusa, burung endemik, dan kera menghuni wilayah ini.
Pendakian: Gunung Tambora kini menjadi destinasi pendakian populer. Jalur pendakian utama adalah:
Jalur Pancasila (Kabupaten Bima) → jalur favorit karena akses relatif mudah.
Jalur Doro Ncanga (Kabupaten Dompu) → melewati padang savana luas.
Jalur Doro Peti (Kabupaten Bima) → lebih sepi dan menantang.
Pendaki yang mencapai bibir kaldera akan disuguhi panorama spektakuler: pemandangan kaldera luas, padang savana, hutan, hingga lautan biru di kejauhan.
Gunung Tambora menjadi objek penting bagi ilmu pengetahuan modern : Vulkanologi: Studi letusannya membantu memahami skala dampak supervolcano dan risiko masa depan.
Klimatologi: Bukti perubahan iklim akibat Tambora menjadi dasar penelitian tentang hubungan aktivitas vulkanik dengan iklim global.
Arkeologi: Penemuan sisa-sisa peradaban Tambora memberi informasi berharga tentang sejarah Nusantara yang jarang diketahui.
Letusan Tambora menghasilkan suara ledakan terdahsyat dalam sejarah modern yang terdengar hingga ribuan kilometer jauhnya.Tambora adalah satu-satunya letusan dalam 10.000 tahun terakhir yang terbukti memicu pendinginan global drastis.
Hasil letusan Tambora memengaruhi karya seni, sastra, hingga perkembangan budaya di Eropa.
Tambora sering dijuluki “Pompeii dari Timur” karena terkuburnya peradaban seluruh kerajaan di bawah abu vulkanik.

baca juga : Edwin van der Sar Kiper Legendaris Belanda
baca juga : Jejak Karier Frank Lampard Legenda Chelsea
baca juga : Steven Gerrard legend liverpool
Gunung Tambora adalah simbol kekuatan alam yang mampu mengubah wajah bumi, bukan hanya di tingkat lokal, tetapi juga global. Letusannya pada tahun 1815 menghancurkan kerajaan, memusnahkan puluhan ribu nyawa, sekaligus memengaruhi iklim dunia dan peradaban manusia.
Kini, Tambora bukan hanya monumen bencana, tetapi juga warisan sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Sebagai taman nasional dan tujuan wisata, ia juga menjadi pengingat bahwa kekuatan alam patut dihormati sekaligus dipelajari.

http://www.albergolevoilier.com/